Kamis, 05 Mei 2011

JAGA DAN PELIHARA EMOSIMU MELALUI MEDITASI



Koto berpesan padaku, “hati-hati, non, jangan sampai terpancing emosimu,”
Sesaat sebelum aku memasuki ruangan kerjaku, dan menemui anak buahku yang kemarin baru mengikuti pertemuan dengan atasanku. Koto tak ingin aku mendapat masalah karena mengumbar amarah di depan atasanku karena selalu mengancam ingin membubarkan departemen yang kukordinatori ini.

“Tenang, Men. Aku masih bisa mengendalikan emosi, kok” jawabku.

Sobat alumni, percakapan diatas merupakan ilustrasi dari memelihara emosi. Kata orang bijak, emosi dengan marah yang tak terkendali dapat merugikan diri sendiri dan membuang energi. Selain itu dimata sebagian orang lain, orang yang sedang dilanda emosi dengan marah yang meluap-luap akan terlihat menyeramkan dan menakutkan (barangkali melebihi wajah setan,?)

Kebanyakan emosi selalu diikuti dengan marah yang berlebihan, meledak-ledak, bahkan tak jarang untuk kalangan remaja pria yang terkenal dengan darah muda emosi tersebut menjadi perang alias melayangkan tinju kelawan mainnya. Sebuah interprestasi yang keliru, karena emosi tidak identik dengan marah-marah !.

Wanita Lebih Emosional ?
Mengapa, wanita lebih emosional daripada pria ? karena wanita lebih peka dan sensitif, lebih cepat tersinggung, spontan dan ekspresif dalam mengutarakan perasaannya. Akan tetapi dengan lebih emosional ternyata wanita dapat lebih tegar dan kuat dibandingkan pria, kenapa ? Lihat saja, bagi sebagian wanita yang sedang dilanda sedih, tak jarang merekapun menangis, sehingga beban kesedihan akan berkurang. Dan untuk sebagian pria bila dalam kesedihan, pantang bagi mereka untuk menangis, bahkan tak jarang mereka akan memukul untuk menghilangkan kesedihannya dengan memukul dinding, kaca dan lain-lain, yang pada akhirnya akan melukai diri sendiri.

Mengenal Lebih Jauh Tentang Emosi
Sobat Alumni, pernahkan (mungkin sering mengalaminya) merasakan gembira dan senang yang meluap-luap, emosi tersebut merupakan emosi positif, dimana sobat alumni tersentuh oleh suatu peristiwa yang sobat alumni inginkan, begitu juga sebaliknya emosi negatif akan timbul, apabila sobat alumni mengalami atau tersentuh peristiwa yang tidak diinginkan, seperti benci, takut, marah dan lain-lain.

Menurut Prof. DR. Suprapti SM., pada Majalah Intisari (2005 ;192) bahwa  emosi disebut juga kognitif – melibatkan pertimbangan nalar dan sadar. Sementara proses dan kegiatan emosi lebih banyak didominasi oleh unsur kurang sadar, meskipun ada juga pertimbangan rasionalnya.

Menurut Rahmat (2004) Emosi yang tidak terkendali bisa membawa Anda menuju kehancuran dunia akhirat. Oleh karena itu, Anda harus mengendalikannya. Stress, jika kita kurang pandai menghadapinya bisa menghambat produktivitas kita.

Menurut Kleinginna, pada Majalah Intisari (2005; 199), bersamaan dengan munculnya emosi, dapat terjadi juga perubahan fungsi faali, ciri fisik tersebut antara lain jantung berdebar, napas terengah-engah, keluar keringat dingin. Perubahan itu disebut sebagai gangguan keseimbangan yang tidak dapat berlangsung terus-menerus, biasanya untuk mengakhirinya keluarlah ekspresi dari emosi baik berupa kata-kata maupun lewat tindakan, sehingga dapat menormalkan keadaan seseorang yang sedang dilanda emosi tersebut. Makanya bagi sebagian orang bila dilanda kemarahan yang amat sangat dapat menyebabkan kematin yang mendadak.

Pelihara Emosimu Dengan Meditasi
Sobat Alumni, pernah mendengar jargon seperti inikan? “Dalam badan yang sehat, terdapat jiwa yang sehat”  Bagaimana untuk memenuhi jargon tersebut. Salah satunya untuk memelihara emosi dengan melakukan meditasi, dengan cara ini kita bisa mengenal diri sendiri, kedamaian, ketenangan, termasuk emosi positif  dan emosi negatif.

Kebiasaan melakukan meditasi dapat menjaga kesehatan tidak hanya tubuh jasmani tetapi juga terutama pengaruhnya pada kesehatan jiwa kita. Kebiasaan melakukan meditasi merupakan satu dari empat kebiasaan praktisi manajemen diri, yaitu: pola makan dan pola hidup yang sehat dan seimbang (balance diet and balance life), olah raga dan relaksasi (physical exercise/stretching and relaxing), pernafasan yang baik dan benar (deep breathing), dan meditasi (meditation).

Jika sikap rendah hati, mau melayani, sikap pasrah serta integritas diri merupakan indikator tingginya kecerdasan spiritual seseorang, kebiasaan-kebiasaan melakukan pola makan dan hidup yang seimbang, olah raga dan pernapasan yang baik, relaksasi serta meditasi tersebut merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dapat membentuk kecerdasan emosional dan spiritual yang tinggi. Dengan melakukan empat kebiasaan manajemen diri tersebut secara ajeg dan terus menerus, kita dapat meningkatkan kesadaran (awareness) yang membimbing kita menuju kecerdasan emosional dan spiritual yang lebih tinggi.


Dengan Meditasi dan mendengarkan musik yang tenang, rangkaian kata-kata yang teduh dan menenangkan serta suasana lingkungan yang hening, dapat menekan si pemicu kecemasan seperti produksi hormon adrenalin.

Sidharta Gautama menyatakan meditasi menjadi jalan untuk kebebasan jiwa dan ketidakterikatan itu merupakan kunci rahasia kehidupan. Dan melalui meditasi akan lahir kebijaksanaan dan pengetahuan.

Menurut Helen Quirin, manusia adalah jiwa, yaitu energi yang memiliki sifat kasih, damai, suci, sabar dan bahagia. Jiwa ini melakukan apa saja dengan menggunakan tubuhnya. Tubuh sebagai kendaraan dan jiwa adalah pengemudinya, agar dapat memegang kendali sepenuhnya, pengemudi harus duduk di tempat agar leluasa mengunakan alat-alat kendali dan dapat menghimpun informasi sebelum mengambil keputusan.

Seorang dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya menemukan temuan baru dalam penelitiannya. Ia menemukan bahwa shalat tahajud, yaitu shalat yang dilakukan dini hari oleh umat Islam —shalat adalah salah satu bentuk meditasi— yang dilakukan secara rutin bisa mencegah seseorang dari serangan berbagai penyakit. Shalat bisa mencegah naik turunnya hormon kortisol yang berperan sebagai indikator stres. Sedangkan stres merupakan salah satu faktor utama pemicu penyakit, termasuk kanker.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa jika seseorang melakukan shalat tahajud delapan rakaat dan membaca wirid (berdzikir) 200 kali setiap hari pukul 02:00 – 03:30 dini hari, kondisi batin mereka relatif tenang dan stabil. Ketenangan bisa membuat hormon kortisol mereka rendah, yang berarti tidak terkena stres. Seorang ahli kanker dari Surabaya juga sependapat bahwa shalat bisa meningkatkan respons imun (kekebalan) tubuh terhadap penyakit.

Ritual Meditasi
Sobat Alumni, meditasi ini dilakukan pada saat dalam keadaan hening jauh dari kebisingan, santai dan di tempat yang sirkulasi udaranya bagus.
  1. Duduklah dalam posisi rileks dengan punggung tegak lurus, tapi tidak terlihat kaku.
  2. Duduk boleh diatas bantal di lantai, dengan kedua belah kaki bersilang atau juga boleh di atas kursi
  3. Sebaiknya mata terpejam (tapi beberapa ahli meditasi memperbolehkan mata dalam keadaan terbuka)
  4. Putar kaset atau CD yang bermusik lembut, seperti gemericik air sebagai latar belakang. Dengan adanya musik sebagai latar belakan dapat membuat suasana hati menjadi tenang dan damai.
  5. Meditasi cukup dilakukan 15 menit untuk setiap kalinya, dilakukan dua kali sehari (pagi dan malam) sangat baik dillakukan sebelum tidur, tidur akan nyenyak karena pikiran kita sudah bersih dari segala macam urusan duniawi sebelumnya.
  6. Pusatkan pikiran dengan santai kepada Yang Maha Suci, pasrahkan semua masalah yang dihadapi sambil menarik napas dengan hidung secara perlahan dan menghembuskannya kembali dengan hidung secara perlahan pula. Hati selalu mengingat dan menyebut kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sobat Alumni, semoga artikel ini bermanfaat bagi diri kita sendiri, sehingga dimanapun kita berada akan terasa damai dalam  lingkungan sekitar.







DAFTAR PUSTAKA


Kleinginna (2005), Majalah Intisari “Edisi Khusus Mind Body & Soul” PT. Gramedia.
            Jakarta.
Prijosaksono, Aribowo dan Roy Sembel. (2002). Harian Umum Sore Sinar Harapan.
Jakarta
Prof. DR. Suprapti SM.(2005), Majalah Intisari “Edisi Khusus Mind Body & Soul”  PT.
            Gramedia. Jakarta.
Quirin, Helen. (2005), Majalah Intisari “Edisi Khusus Mind Body & Soul” PT.
             Gramedia. Jakarta.
Rahmat (2004). Artikel Motivasi Manajemen Islami “Manajemen Hidup”. Buletin
             Mingguan On-line. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar